Langsung ke konten utama

Postingan

Angin Bisu

Rintihan luka pecah malam itu, bukan terlihat tapi tergores di dalam. Malam riuh berpacu mencari arah dan tujuan. Merintih, meraung, meronta di antara hujan nistaan yang bergejolak. Percikan yang kecil memancing bunga api yang pahit. Hujan mulai menampakkan diri dengan bunyi atap yang merdu, bagaikan alunan Mozart yang tak hentinya berirama. Bawakan aku air hujan itu, agar dapat aku melunturkan semua debu ini. Di balik kacamata ini aku bersenandung rindu, meluapkan segala luka di dalam kalbu berdebu. Jauh aku merangkak, dekat aku berlari. Mengecam jiwa yang lusuh, mengancam hati yang pilu. Angin bisu. tak bicara namun mengena, tak berkata namun menusuk, tak bercakap namun menikam, tak berkilah namun menerkam. Bawalah aku mencapai hujanmu, jangan tinggalkan aku dalam sepinya malam ini. Rasa yang mati meruntuhkan cinta yang bersemi, rasa yang mati menumbangkan cinta yang bermateri. Mungkinkah fatamorgana hujanmu menipu sekelumit pelangi jingga itu? Rongsokan batin dibawa ang